JAKARTA: Angka garis kemiskinan harusnya ditentukan dengan menggunakan pendekatan lokal masing-masing daerah. Hal itu dikarenakan setiap daerah memiliki keadaan ekonomi dan geografis yang berbeda pula.
Hal itu disampaikan pengamat ekonomi Universitas Atmajaya A Prasetyantoko di Jakarta, Kamis (16/6). “Ini harus dirumuskan dengan metodologi yang lokal. Kan kompleks tuh,” katanya.
Prasetyantoko mencontohkan, akses air dan beras di Jawa tentunya lebih mudah daripada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Maka angka garis kemiskinan Jawa dan NTT seharusnya tidak bisa disamakan.
Idealnya Indonesia mengadopsi angka garis kemiskinan internasional yang sebesar US$2 per hari. “Kita perlu mengadopsi standar internasional yang US$ 2 per hari. Nggak ada jeleknya kok,” ungkap Prasetyantoko.
Menurutnya dengan penggunaan standar internasional Indonesia bisa membandingkan kondisi kemiskinannya dengan negara-negara Afrika dan negara-negara Asia lainnya. Namun angka garis kemiskinan dengan standar internasional tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya di Indonesia.
“Dia tidak menggambarkan kondisi real. Tapi kalau alasannya pemerintah seperti itu, harusnya menggunakan metodologi yang lokal,” ujar Prasetyantoko. (ML/OL-2)
Source: media indonesia
Berita Lain:- Kriteria Kemiskinan di Indonesia tidak Rasional
- Dana Talangan, Kiat Tepat Naikkan Kesejahteraan Petani Tebu Lokal
- Amerika pilih Indonesia gantikan China sebagai pemasok sepatu
- Kementerian ESDM Harusnya Tahu Pembelian IMI
- Akhirnya Menkeu Teken Peraturan Impor Film
+ Arsip Berita Indonesia - Angka Garis Kemiskinan Lebih Pas Gunakan Pendekatan Lokal.
--
Source: http://arsipberita.com/show/angka-garis-kemiskinan-lebih-pas-gunakan-pendekatan-lokal-248236.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 komentar:
Posting Komentar