JAKARTA: Di tengah kultur lupa Pancasila, ikhtiar memopulerkan Pancasila menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan yang ada di masyarakat, bukan menjadi monopoli ngara dan pejabat publik saja.
Hal itu mengemuka dalam Diskusi Bedah Buku “Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila” di Gedung Media Centre, Media Group, Jakarta, Kamis (14/7).
Yudi Latif, penulis buku setebal 698 halaman tersebut mengatakan, proses pengakaran Pancasila di tengah masyarakat harus dilakukan secara masif dengan melibatkan semua elemen masyarakat.
Selama ini kan Pancasila seolah-olah jadi monopoli negara. Ia yang mengambil inisiatif, ia yang menafsirkan. Jadi masih pendekatannya vertikal. Ke depan yang harus dilakukan untuk membumikan Pancasila adalah pendekatan horizontal, melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk juga pers, dunia pendidikkan, dan budaya, kata Yudi.
Menurut dia, menggali kembali Pancasila melalui buku yang ditulis selama dua tahun itu adalah upaya menemukan kembali akar jati diri bangsa. Tidak ada satu pun negara yang dapat maju kecuali bangsa yang dapat menemukan kembali jati dirinya dengan menggali kembali akar-akar sejarah bangsanya.
Kadang kala kita keliru dan mencari solusi atas masalah di luar sana, tetapi kita lupa kunci menyelesaikan masalah itu sebetulnya ada di dalam negeri kita sendiri, yaitu Pancasila, ucap dia. (OL-8)
Source: media indonesia
Berita Lain:- Penguatan Kewenangan Bawaslu Belum Final
- Gunung Lokon Kembali Meletus
- DPRD: Pemprov Jangan Banggakan Kelulusan UN, Bagaimana Mutunya
- Pecat dan Peringatan bakal Warnai Rakornas Demokrat
- Karzai Perintahkan Selidiki Kematian Sipil Dalam Serangan NATO
+ Arsip Berita Indonesia - Pengamalan Pancasila masih Monopoli Negara.
--
Source: http://arsipberita.com/show/pengamalan-pancasila-masih-monopoli-negara-267853.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 komentar:
Posting Komentar